Setelah hampir 10 tahun di bagian hulu dari rantai pasok di kantor, sudah hampir 2 bulan ini pindah ke hilir. Dari sebelumnya di inbound logistic, saat ini berubah ke outbound logistic. Dari semula mengisi distribution center, menjadi mengeluarkan barang dari distribution center dan dikirimkan ke gudang end user.
Dan perpindahan posisi ini bertepatan dengan masa sibuk untuk bahan peledak. Masa sibuk bahan peledak setahun terjadi 2x, yaitu di akhir tahun saat Natal dan tahun baru, serta saat Lebaran Idul Fitri. Kedua masa sibuk ini disebabkan adanya masa larangan distribusi bahan peledak oleh pihak Kepolisian dalam rangka kelancaran pengamanan dan lalu lintas saat Natal dan Tahun Baru, serta Idul Fitri.
Dari 2 masa sibuk bahan peledak di atas, saat Idul Fitri adalah saat yang paling sibuk. Hal ini disebabkan masa larangan dari pihak Kepolisian lebih lama, yaitu H-7 sampai dengan H+7 Lebaran dibandingkan dengan masa larangan saat Natal dan Tahun Baru.
Dengan masa larangan yang cukup lama tersebut, maka dari end user ingin memastikan bahwa saat masa larangan tersebut, aktifitas peledakan di pertambangan tidak akan berhenti karena bahan peledak kosong, sehingga semua konsumen meminta agar gudang mereka diisi.
Sejak masih di sektor hulu, trend masa sibuk ini sebenarnya sudah sangat dikenali. Namun dengan kenaikan harga batubara, maka kebanyakan konsumen yang bergerak di tambang batubara menaikkan proses produksinya secara signifikan, sehingga lonjakan permintaan jauh di atas supply (pasokan) yang tersedia. Kenaikan permintaan, mendekati masa larangan, dan newbie yang baru pindah merupakan kombinasi yang hampir sempurna. Hahaha….
Beruntung saya dikelilingi oleh orang-orang baik yang banyak membantu masa adaptasi.
Dulu saat di hulu, secara normatif biasa mem-forecast kebutuhan tahun selanjutnya naik antara 10%-15%, tergantung dari kenaikan tahun sebelumnya dan trend harga komoditas. Namun melihat kenaikan permintaan setelah 2 bulan ini di hilir, maka forecast yang biasa dilakukan yaitu naik antara 10%-15% dijamin tidak akan bisa menjawab kebutuhan saat ini. Permasalahan utama yang saat ini terjadi di Indonesia adalah hanya ada 2 produsen Amonium Nitrat dalam bentuk prilled/butiran yang masing-masing mempunyai wilayah supply karena letak geografis yang saling berjauhan. Kedua produsen tersebut saat ini mencapai titik puncak kemampuan produksi masing-masing, sehingga setiap konsumen harus dijatah, dan sama sekali tidak bisa menambah jatah pasokan.
Demand (kebutuhan) yang muncul saat ini ditempat saya bekerja saja, 33% lebih besar dari pada suplai yang dipunyai. Dan kebutuhan yang tidak terpenuhi kemudian menjadi lost sales ini tidak akan tercatat di dalam sistem yang sudah menggunakan software Enterprise Resource Planning (ERP) seperti SAP. Sehingga saat bagian inbound logistic menarik data dari ERP, hanya akan muncul data penggunaan (tanpa ada data lostsales) dikarenakan pasokan yang sudah maksimal dan tidak bisa ditambah lagi. Dan jika menggunakan forecast yang dijelaskan di atas antara 10%-15%, maka tahun berikutnya akan tetap muncul lost sales sebesar 15%-20%.
Departemen marketing/operasional dan outbound serta inbound logistic harus lebih berhati-hati dan memperhatikan lost sales ini sehingga di tahun-tahun kedepan lost sales ini bisa dikurangi seminimal mungkin.
Ternyata, bukan hanya mantan yang bisa memberikan janji palsu dan tipu daya, pasokan yang terbatas pun bisa membuat departemen procurement atau pengadaan terkena tipu daya.